A NOTE OF CRIMINAL
(Catatan seseorang yang dituduh menyebarkan sindrom)
“Humor is something that thrives between man’s aspirations and his limitations”

Bertemu kembali dengan teman-teman yang dua puluh lima tahun lalu bersama-sama memakai baju putih berdiri berpanas-panas pada upacara pembukaan penataran P-4, bersama-sama makan nasi doos setiap siang, berpusing-ria menyusun materi diskusi setiap harinya, walau sempat “nyolong” waktu untuk nonton bioskop menghilangkan kejenuhan.
Siapa yang tidak penasaran bertemu dengan mereka??
Kata kunci nya : serasi - selaras - seimbang.
Beberapa hari setelah itu, perasaan excited berangsur-angsur pudar. Berganti dengan perasaan lain: ragu-ragu dan curiga.
Ragu-ragu apakah memang perlu untuk ikut serta dalam reuni perak ini? Bukan pragmatis, tapi apa yang didapat dengan datang ke reuni?
Curiga, jangan-jangan reuni ini tidak ada bedanya dengan “reuni” lain yang hanya jadi ajang menunjukkan keberhasilan, mengukur kesuksesan dan jadi alasan yang tepat untuk menertawakan orang lain (yang kurang beruntung). Lebih celaka lagi apabila aku justru ikut menertawakan. Betapa kita sudah bersalah secara berjamaah..
Apalagi belum lama berselang baru saja aku meninggalkan satu BlackBerry Messenger (BBM) Group karena chat yang ada lebih banyak berbicara tentang hal-hal yang sangat material-duniawi.
Aku kehilangan teman-temanku yang sederhana dulu…
Maka sampai beberapa minggu sebelum pelaksanaan reuni perak, aku masih belum memutuskan secara pasti apakah akan datang, meskipun secara tekun aku tetap mengikuti kesibukan persiapan reuni di group BBM.
Dari mengikuti lalu-lintas pembicaraan persiapan, terlihat bahwa reuni perak angkatan 86 berbeda dengan reuni lainnya.
Selain rencana acara yang sudah tersusun rapi, reuni ini sendiri pun didasarkan pada suatu pertimbangan pemikiran yang matang.
Kata kuncinya : well planned.
Masih bergulat dengan pemikiran, ragu-ragu, curiga dan rasa paranoid, akhirnya kuberanikan diri meminta second-opinion dari seorang teman, orang yang dulu pernah aku kagumi (dan sekarang masih..)
Betapa dengan kalimat-kalimat yang jujur dia berbagi tentang pendapatnya terhadap reuni ini. Dan pada akhirnya dia mempersilakan aku sendiri yang memutuskan untuk “hadir” atau “tidak”.
Suatu sikap yang psikolog banget deh..
Diminta pertimbangan, malah ngasih pilihan… (check-point lagii…)
Cuma yang bikin semangat adalah kalimat dia: “sampai jumpa di reuni, ya..”
Well… at least ada satu orang yang bakal kehilangan kalau aku gak datang reuni…
Kata kuncinya : malam itu tidur nyenyak..
Akhirnya, hari Kamis pagi (sehari sebelum hari-H) pagi-pagi udah nongkrong di bandara, menunggu seorang teman angkatan 86. Bukan orang sembarangan. Dia adalah mantan Dewi Psikologi 86…
Hanya saja, kali ini dia tidak terlalu excited, karena Sang Dewa 86 tidak memberikan pratanda akan hadir.
Celaka nya, Sang Dewi tidak segera keluar dari terminal kedatangan. Sekalipun pesawat sudah mendarat 30 menit, belum juga terlihat tanda-tanda Sang Dewi.
Sempat terlintas pikiran, jangan-jangan wajahnya sudah berubah sehingga aku membiarkannya lewat di depanku begitu saja? Apakah dia sudah berubah? Siapa tahu??
Tapi pikiran waras segera menghapus semua itu: bukankah dia seorang dewi? Dewi tidak mengenal tua. Dewi tidak mengenal kerut-kerut keriput. Bukankah tidak ada iklan krim anti keriput untuk dewi? Bukankah tidak ada cabang Impressions di sana?
Dengan pikiran waras seperti itu, aku sabarkan diri menunggu sang dewi keluar..
Dan ternyata benar !!!
Sang Dewi 86 keluar dari pintu kedatangan dengan senyum yang sama seperti 25 tahun yang lalu…sambil menarik trolley!
Tidak ada yang berubah dari Shinta Rachmi Wardhani, seperti pribadi yang aku kenal dulu.
Pemikiran dan ide-ide cemerlangnya masih mengalir dengan cepat, bahkan lebih cepat dari kemampuan dia untuk mengatakannya. Sehingga kita harus pandai-pandai memahami apa yang sesungguhnya dia maksud.
Maaf, bukan pribadi seorang Shinta yang aku bicarakan di sini. Tetapi selama menemani dia, aku berkesempatan bertukar-pikiran tentang pandangan Shinta mengenai reuni ini. Sungguh pemikiran yang menarik, tidak muluk-muluk tapi mungkin mewakili sebagian besar dari kita.
Makanya, tagih tuh tulisan dari Shinta…. Dia sudah berjanji mau menulis.
Sore harinya, kami datang ke kampus untuk membantu persiapan acara talk-show yang diadakan keesokan harinya.
Aku sudah bersiap-siap. Badan seperti aku pasti kebagian jatah angkat kursi, meja atau benda-benda berat lainnya. Sungguh karunia Tuhan yang harus disyukuri, sekalipun cukup merepotkan bila naik bis kota…
Ternyata, aku salah kira. Tempat sudah tertata rapi. Backdrop sudah terpasang, publikasi sudah terpampang dan sangat eye-catching. Adik-adik (atau lebih tepat anak-anak) yang menjadi anak buah rekan Eko Tjia sudah menyiapkan semuanya, dan mereka sedang sibuk menyiapakan doorprize serta goody-bag bagi peserta talkshow.
Apalagi yang bisa aku katakan, selain rasa kagum dan optimis bahwa memang rangkaian reuni ini telah terencana dengan sangat matang.
Sempat bertemu dengan oknum (sorry!) yang ramai dibicarakan menjelang reuni. Entah apakah isunya tetap bersifat personal, atau sudah menjadi communal, rahasia umum. Malah kami sempat berbincang-bincang dengan beliau cukup lama.
Malam harinya, giliran ibu Doktor Endang (kenapa orang bernama Endang kok pinter yaa?) Suraningsih menjadi nyonya rumah untuk pematangan strategi perang. Karena tahu bahwa kita akan heboh, sampai-sampai seluruh Café LPP di-blocked, plus disediakan satu ruang rapat yang tiba-tiba jadi ER (Emergency Room).
Diawali dengan saling bersalaman, melepas kangen, ibu Endang mempertunjukkan kepiawaiannya menjual produk yang jadi andalan LPP. Mulai dari koleksi teh, kopi, koleksi minuman yang benar-benar yahuud, sampai edamame kualitas eksport, semua diterangkan bak seorang sales person andal. Benar-benar LPP tidak salah pilih orang.
Teman-teman dibuat terkagum-kagum dengan proses pembuatan kopi secara osmosis, dan juga nikmatnya latte, kopi yang sudah diturunkan kadar caffeine nya.
But, segera para hadirin digiring masuk ke ER. Kita bicara masalah serius…
Sekarang giliran pak Eko Tjia memperlihatkan keampuhannya. Begitu terencana, begitu siap dan menguasai materi yang akan disampaikan. Teman-teman yang lain juga membuatku terkagum-kagum. Betapa mereka menguasai dinamika ilmu psikologi level dunia, sekaligus keadaan riil di lapangan. Betul-betul luar biasa.
Mungkin keadaan malam itu bisa disamakan dengan rapat tim kreatif yang sedang mempersiapkan suatu acara kolosal, spektakuler. Semua disiapkan, semua diantisipasi, semua diperhitungkan. Lagi-lagi ibu Endang menjadi nyonya rumah yang penuh pengertian. Silih berganti doping disajikan, mulai kacang rebus, pisang rebus, edamame, jagung rebus, buah potong, teh, kopi, air mineral, sampai kamar mandi yang siap menampung “limbah” saking serius nya diskusi..
Rapat yang serius baru berakhir pada tengah malam.
Kata kuncinya: siap perang.
Akhirnya, hari yang ditunggu datang juga. Jumat diawali dengan matahari yang bersinar cerah. Sudah beberapa hari kota Jogjakarta tidak turun hujan. Suhu panas segera terasa.
Dari lalu lintas pembicaraan di BBM tergambar bahwa acara talkshow di fakultas mendapat respon yang sangat positif dan sukses besar. Puji Tuhan..
Sekalipun sebenarnya sudah bisa diramalkan. Karena ketika membaca leaflet yang dipasang di fakultas, nyaris aku tidak percaya bahwa nama-nama yang tercantum, lengkap dengan jabatan prestisius, adalah teman-teman ku, members of my big family…
Hanya saja, hari itu aku memang tidak bisa bergabung. Ada beberapa hal yang harus aku bereskan, plus urusan keluarga, dan juga aku merasa forum itu bukanlah tempat yang tepat untukku. Too heavy for my light brain… (otakku ora nyandhak)
Tapi yang penting, acara berjalan seperti yang diharapkan dan berrhasil dengan baik…
Jumat malam, ada jamuan makan malam itung-itung nyicil nostalgia, di sebuah rumah makan yang sangat asyik tempatnya. Hasil perburuan ibu Juni Bambang a.k.a Nyah Jalidu, yang memang sungguh tepat jadi seksi akomodasi dan transportasi. Tidak sia-sia dahulu kita daulat beliau sebagai Seksi Hura-hura 86… Top Markotop, Sip Markusip…
Kata kuncinya : sukses besar
Sabtu pagi, tempat rendevouz adalah hotel LPP Garden, di jalan Solo. Banyak teman yang salah sangka. Menduga bahwa Hotel LPP adalah semacam losmen, padahal kenyataannya adalah sebuah hotel yang bagus, rapi dan representatif buat teman-teman yang sudah terbiasa dengan akomodasi bermutu. Jelas ibu Endang dan Nyah Jalidu tahu persis apa yang teman-teman mau.
Nostalgia dimulai dengan sarapan bersama di SGPC. Sekarang tempatnya jauh lebih besar dan tersedia banyak bangku, sehingga tidak ada lagi acara menunggu bangku dang berhimpitan seperti dulu. Tetapi sajiannya tetap sama, pecel telur, sop pakai kawat, es sari, pancasila, dan menu-menu lain yang sudah sangat akrab.
Setelah sarapan bersama, napak tilas dilanjutkan ke fakultas, Balairung, dan gerbang UGM di bunderan. Pada saat yang sama, beberapa teman mengadakan kunjungan kepada bapak Bimo Walgito, dosen kita tercinta, yang dulu mengajar Psikologi Umum I. Semoga lekas sembuh pak..
Meninggalkan kota Jogja yang panas, reuni dilanjutkan di Kaliurang. Sekali lagi persiapan yang matang terlihat dengan tempat yang luas, tenang dan sejuk, serta (tentu saja) doping yang melimpah..
Sebenarnya, acara ini lah acara yang sangat penting bagi kita sebagai suatu keluarga atau paguyuban.
Dibicarakan secara terbuka, apa yang akan kita lakukan di kemudian hari? What next ??
Secara umum, teman-teman sepakat untuk sebisa mungkin memperhatikan teman-teman kita yang lain, yang kurang beruntung. Tetapi memang belum bisa dirumuskan “bantuan” seperti apa yan paling tepat ?
Kalau dilihat dari potensi yang ada, teman-teman di angkatan 86 jelas sangat mampu untuk membantu teman-teman kita yang kurang beruntung.
Akhirnya ada hal yang mendasar yang lebih disepakati. Yaitu bahwa kita bertekad (bukan hanya kalau sempat) untuk selalu menjaga komunkasi di antara kita. Dengan selalu menjaga komunikasi, apapun masalah yang dihadapi, apapun rencana yang akan kita lakukan, akan dapat lebih tepat sasaran. Lebih efektif dan efisien.
Untuk menjaga agar jalinan komunikasi tersebut bisa dengan mudah diakses oleh teman-teman semua, terdapat berbagai media. Melalui cara tradisional, telah ditunjuk koordinator-koordinator wilayah. Untuk mengikuti cara modern, tersedia Blog, Facebook atau pun BBM Group.
Memang dibutuhkan orang yang tidak mengenal lelah untuk menjaga agar jalinan komunikasi bisa terus berjalan. Tentu saja selain tekad dari teman-teman semua untuk keep in touch..
Setelah puas tetirah di kaliurang, rombongan turun kembali ke kota Yogya dengan mampir ke sebuah toko pusat kerajinan di Pakem. Sekalipun berulang-kali melewati toko itu, dan sering kali berbelanja di situ, senang rasanya melihat teman-teman menemukan obat penawar rindu akan kota Yogyakarta dengan membeli berbagai cindera mata.
Borong habisss……
Kata kuncinya : together we stand.
Malam harinya, tepi kolam renang hotel LPP Garden telah disulap menjadi tempat yang asyik. Suasana romantis, temaram lampu taman, dilengkapi dengan stage sebagai pusat acara malam itu. Di latar belakang telah terpampang wall of fame (entah ala Hollywood atau Bollywood). Setiap yang datang akan diminta potret di depannya. Mau potret sendiri boleh, potret bersama pasangan boleh, mau potret dengan pinjam pasangan orang lain juga boleh…
Juru potretnya pun gak main-main, ada Clara, ada Didit, ada mas Joko (suami Ine), ada tukang potret lain juga. Pokoknya serasa diburu papparazzi…
Ketika aku datang, teman-teman sudah siap dengan skenario acaranya. Ada Daisy, Intung, dan pak Eko yang sudah terlihat sibuk mengatur sana-sini. Daisy sibuk menghubungi para selebriti yang akan menyerahkan award, Intung dengan i-pad nya sibuk menyiapkan game agar kita bisa membagikan hadiah yang berlimpah, dan pak Eko Tjia sudah siap dengan kumpulan foto-foto jadul nya.
Ida dan Nyah Jalidu juga sudah siap dengan prasmanan yang menggoda selera. Pokoknya, dijamin anda tidak akan kelaparan malam itu.
Acara terlihat lebih elegan bersiapnya adik-adik (sorry, anak-anak) kita yang menampilkan musik akustik di sayap kiri stage. Kereennn…..
Malam itu, acara dipandu oleh trio MC jebolan Academy Award Ceremony : Daisy Similikithi, Sapto Rodorono dan Bagus Asusilo…
Sebagai salah satu pembawa acara, aku merasa dimanja karena semua sudah disiapkan, dan materi pendukung melimpah. Tinggal ditambah polesan sedikit, maka acara akan menjadi supeerrrr….. ditambah lagi acara mengenang masa lalu, saat kita masih bersama, yang memang membawa kita kembali ke masa lalu………lengkap dengan emosi nya.
Kita juga beruntung karena malam itu ada selebritis terkenal yang datang untuk menyerahkan award. Mulai dari mas Anang - Syahrini, Sherina - Derby Romero, Luna - Ariel, sampai Siti Nurhalizah dan mas Jackie Chen……
Acara berjalan heboohhh, sehingga tidak terasa waktu berjalan begitu cepattt….
Kata kunci : anda puas, kami lemas..
Sekarang, yang jadi bahan perenungan kita: “setelah ini, apa yang akan kita lakukan?” Sebagai suatu komunitas, mungkin kita bisa berharap pada orang-orang yang rajin mengorganisir kegiatan seperti Didit, Sari, Ida, Dian, Eko, Juni, dan teman-teman lainnya. Tetapi sebagai pribadi, mungkin kita perlu berkomitmen untuk menjaga agar tali silaturahmi angkatan 86 tetap terjaga. Walau sedikit, tetapi kabar dari kita akan berguna bagi kawan-kawan kita yang lain….
Sehingga kita bisa saling berpantun, satu dengan kawan yang lain :
Bapakmu pegawai kantor pos ya?
Lho kok tahu??
Karena aku rindu dengar kabar dari mu…..
Proud to be your friend,
BW (Bagus Wahyu)
Penulis adalah…..orang yang menulis (wis ngerti !!)
Segala sindrom yang timbul pasca-reuni bukanlah tanggung jawab panitia…. Segera hubungi dokter hewan terdekat..
...terjawab sdh.knp posting den Bagoes perlu waktu utk publikasinya....lha wong begitu runtut & sistematis...mewakili segenap hati....ihiks2 spai trenyuh puol.....jan bedo banget ama bhs lisan-nya....yg loncat2 kiri kanan riang gembira....ha2...
Tanda tanya or teka/i besar bg kita pra Reuni ...spt den Bagoes ungkapkan...kalau reuni kesampaian ... “nuansa“nya akan spt apa??...syukurlah kekhawatiran atau si Parno itu tdk terjadi...spt yg kita rasa bersama2....
Swueer ...aq pribadi ketika diminta CV oleh Eko...sengaja pakai foto Uniform Lengkap se-mata2. itu lbh utk konsumsi adik2...just make them...proud n rise up....Oke ??...kalo gak setuju...awas...kwekk2...
Selebihnya....reuni adalah menyediakan waktu atau kata Bpk. Damardjati Supadjar...“selo“ bertemu dengan teman2, dosen2 dan karyawan kampus...dg kesejatian diri ...minus atribut2 yg kdg malah mengganggu komunikasi.....hii2.....
Mtr nwn den Bagoes atas ungkapannya yg jujur....mtr nwn Uul yg setia mengawal blog-nya....mtr nwn temen2 semua....
Salam....
adi....
Terimakasih Bagoes.... bagus banget ceritanya...seger, lucu, alurnya sip bikin emosi dan pikiran bisa ngikuti tulisan yang terbaca.....
Aku sering bingung ada nama Satoeb ada nama Bagoes...siapakah dia? maaf belum mbaca identitas masing-masing temen tapi nama Bagoes ini kok jadi deket dan familiar walaupun jujur aku lupa Bagoes yang dulu.... nti aku lihat di foto2 yg diposting pak Eko...
Terimakasih sekali lagi buat tulisannya, buat Uul yang udah ngelola blog, n buat pak Eko yang kekeh agar reuni tetep bisa jalan....
Salam
Kusrohmaniah
Bagoes ..... so sweeeeeeeeetttt,
ternyata di balik sosok gede duwur kaya Gatot Kaca kelangan brengos ... dirimu demikian cantik menuturkan cerita dalam rangkaian kata yang indah .... duh, ciamiiiik banget dech...
saluuut buat semuanya, thanks Bagus, Juni, Adi, Koes ... siapa lagi yang udah nulis yaaa... dan ....tak lupa big thanks juga buat Uul yang selalu committed dengan committmentnya ..... Bravo ... Ida
Gus.........you are so Bagus, honor to know and to have you as my MC partner halahhhh..........benerann nih truly honor to be your friend...
Wuaduh, aku ketinggalan kabar dari kalian selama ini. Kaget juga lho aku ketemu Alfons dan Rudi di bandara Semarang dua mingguan yang lalu. Mereka nanya kenapa aku gak datang reuni. Wah, wong aku gak krungu kabare babar pisan, piye arep nongol. Nuwun lho Alfons dan Rudi informasinya. Jadi aku lacak sendiri keberadaan kalian di dunia maya, ketemulah kalian sekarang. Aku ikut seneng baca laporan, kesan, pesan dari kalian. Lain kali aku datang deh.Sementara kabar dari aku baik-baik aja. Kalau kalian ada yang kesasar daerah tangerang, karawaci, mampir, aku tinggal di Lippovillage. Rima
Rima.............finally we found you! Ya Allah dikau kita cari kemana-kemana please deh. Seneng banget akhirnya bisa ketemu di blog ini. Sayangnya:
1) Rima nggak ikut reuni. Tapi gga apa-apa. Next time kudu ikut yaaa
2) Hiiksss......Rima nggak ninggalin email or no telpon di komen ini....huaaaa...gimana mau ngehubunginnya Rim......please nulis komen lagi dong plus jangan lupa nomor telponnya yaaaaaa.......
UUL